Rajagawang.id – Mantan pelatih Arema, Gusnul Yakin, mendukung pernyataan Andre Rosiade—anggota DPR sekaligus mertua Pratama Arhan—yang mendesak Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, untuk memecat pelatih Timnas Indonesia, Patrick Kluivert, jika gagal meloloskan tim ke Piala Dunia 2026.
Andre yang juga penasihat klub Semen Padang, mengingatkan agar Erick Thohir tidak menggunakan standar ganda dalam mengevaluasi pelatih Timnas. Ia menyinggung keputusan Erick yang sebelumnya mencopot Shin Tae-yong pada Januari 2025 dengan alasan dinamika kepemimpinan, kendala bahasa, dan masalah taktik.
“Saya berharap tim kepelatihan asal Belanda yang dipimpin Kluivert mampu membuktikan diri. Buktikan bahwa keputusan Pak Erick mengganti Shin Tae-yong adalah pilihan yang tepat,” ujar Andre saat menghadiri turnamen Andre Rosiade Cup di ASIOP Training Ground, Sentul, Sabtu (28/6/2025).
Ancaman Pemecatan Jika Gagal Lolos
Indonesia saat ini tengah bersiap untuk menghadapi putaran keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 yang akan digelar di Arab Saudi dan Qatar pada Oktober mendatang. Bila gagal, skuad Garuda masih memiliki satu kesempatan terakhir melalui ronde kelima melawan tim dari konfederasi lain.
Namun bagi Andre, hasil akhir tetap yang utama.
“Kalau gagal di putaran keempat, menurut saya, Kluivert dan stafnya harus dipecat. Itu konsekuensinya. Karena sebelumnya, Pak Erick sudah memecat Shin demi hasil yang lebih baik,” tegasnya.
Andre juga menegaskan bahwa banyak pelatih asal Belanda yang lebih berkualitas dari Kluivert, jika PSSI memang ingin tetap menjalin kerja sama dengan federasi sepak bola Belanda (KNVB).
Gusnul Yakin: Kritik Itu Wajar dan Diperlukan
Gusnul Yakin, yang juga pernah membela Timnas Indonesia sebagai pemain dan pelatih, mendukung pernyataan Andre. Menurutnya, kritikan kepada pelatih atau federasi adalah hal yang wajar dalam upaya memajukan sepak bola nasional.
“Jika seorang seperti Andre Rosiade yang baru berkecimpung di sepak bola saja sudah berpikir begitu, kami para pelaku sepak bola tentu juga punya harapan serupa,” ujar Gusnul.
Ia menekankan pentingnya sikap kritis terhadap kinerja PSSI, bukan semata karena tidak suka atau emosi sesaat.
Evaluasi Harus Berdasarkan Prestasi, Bukan Emosi
Meski mendukung evaluasi terhadap Patrick Kluivert, Gusnul mengingatkan agar proses pemecatan—jika terjadi—tidak dilandasi oleh kebencian pribadi. Yang utama adalah hasil dan pencapaian.
“Dalam sepak bola, parameternya sudah jelas: prestasi. Kalau semua fasilitas dan kebutuhan sudah disiapkan, tapi pelatih gagal memenuhi target, ya memang harus dievaluasi,” ungkapnya.
Ia juga menyebut bahwa meskipun Kluivert adalah legenda sebagai pemain, itu tak menjamin kesuksesan di dunia kepelatihan. “Pelatih hebat pun tidak ada yang abadi di timnas mana pun,” tambahnya.
Jangan Bongkar Semua Gerbong Belanda
Jika nantinya kontrak Patrick Kluivert tidak diperpanjang, Gusnul berharap agar PSSI tidak serta-merta membongkar seluruh jajaran pelatih asal Belanda yang kini ada di Timnas.
“Cukup Kluivert yang dievaluasi. Jangan semua staf pelatih Belanda dibersihkan. Kita akan mulai dari nol lagi kalau semua dirombak. Itu akan menyulitkan pencapaian target jangka panjang,” ujarnya.
Gusnul mencontohkan sosok seperti Simon Tahamata yang dinilainya masih dibutuhkan. Ia menyarankan agar PSSI lebih selektif dalam mencari pelatih Belanda yang punya rekam jejak lebih baik dari Kluivert.
“Masih banyak pelatih muda Belanda yang bagus dan potensial. Kita harus bijak dalam mengambil keputusan ke depan,” tutupnya.